Perjudian Carletto vs Efek Kejut El Pistolero
Barcelona's Lionel Messi from Argentina, left, celebrates his goal next Real's Cristiano Ronaldo, during …
Oleh: Yoga Cholandha
Real Madrid dan Barcelona kembali akan bersua di Santiago Bernabeu, Sabtu (25/10) ini. Meski dirasa sebagian orang mulai membosankan, namun sebenarnya, pertemuan antara dua tim ini tidak pernah kehabisan cerita.
Selain menyajikan banyak cerita dari luar lapangan hijau, secara taktikal, pertemuan kedua tim ini selalu menarik untuk dibicarakan. Berjubelnya pemain-pemain kelas satu di kedua tim membuat satu perubahan taktikal saja akan memberi sentuhan yang berbeda pula.
Kepergian Xabi Alonso ke FC Bayern Muenchen membuat Madrid memulai musim dengan cercaan banyak pihak. Bagi publik, hal ini dianggap seperti mengulangi kesalahan yang sama sekitar satu dasawarsa silam setelah Los Merengues mendatangkan David Beckham namun justru melepas dinamo permainan mereka kala itu, Claude Makelele. Musim ini, Madrid melengkapi proyek Galactico jilid kedua mereka dengan mendatangkan James Rodriguez dan melepas Xabi, sang stabilisator mereka selama beberapa musim terakhir.
Transfer ala Galactico ini dianggap akan melemahkan permainan El Real karena kemampuan menyerang mereka sebetulnya sudah dianggap lebih dari cukup. Apalagi, di saat yang bersamaan, mereka juga mendatangkan Toni Kroos dari FC Bayern. Kroos yang lebih dominan dalam menyerang dianggap sudah lebih dari cukup untuk meningkatkan kualitas serangan Real Madrid dan kedatangan James, khususnya dengan banderol selangit, dianggap sebagai sebuah kemubaziran.
Sampai saat ini, ternyata, kepergian Xabi serta kedatangan James justru membuat permainan Madrid lebih atraktif, persis keinginan sang patron, Florentino Perez. James yang memang seorang fantasista mampu memberikan sentuhan berbeda. James sampai sekarang ini boleh dikatakan mampu menjustifikasi harga mahal yang harus dibayarkan ke AS Monaco. Publik mengharapkan James untuk bisa menjadi penghibur di lapangan hijau dan sampai sekarang ia mampu menunjukkannya.
Akan tetapi, permainan Real Madrid dengan trio James-Luka Modric-Kroos di lini tengah belum menemui lawan yang memiliki lini tengah yang berpotensi merusak permainan mereka. Mereka memang sudah bertemu dengan Atletico Madrid pada tiga pertandingan awal, dan hasilnya negatif. Real kalah dua kali dan meraih satu hasil imbang. Melawan Real Sociedad pun mereka tumbang dengan skor 2-4. Namun, jika boleh dicari satu pembenaran, ketika itu, permainan Madrid belum benar-benar nyetel. Terbukti, setelah hasil negatif pada awal musim tersebut, kini mereka tancap gas dan meraih hasil-hasil positif secara beruntun.
Ini menandakan bahwa secara perlahan, Carlo Ancelotti, meski awalnya diwarnai perjudian, mampu menyusun permainan Madrid, khususnya lini tengah mereka, menjadi satu unit yang solid. Ketiadaan seorang ball-winner mumpuni ditutup lini tengah Madrid dengan permainan zonal dan kemampuan ball retention yang lebih baik dibanding musim-musim sebelumnya. Tetapi, kembali lagi ke alinea sebelumnya. Madrid yang sudah nyetel ini belum bertemu dengan tim yang satu kelas dengan mereka, dan menghadapi Barcelona, Los Blancos akan menghadapi ujian yang sebenarnya.
Dari kubu Barcelona, musim ini mereka coba melakukan regenerasi secara perlahan. Pensiunnya Carles Puyol coba ditutup dengan pembelian Jeremy Mathieu dari Valencia dan Thomas Vermaelen dari Arsenal. Sejauh ini, Mathieu sudah mampu membuktikan bahwa ia bisa setidaknya menutup lubang yang ditinggalkan Puyol, meski belum benar-benar eksepsional. Meski begitu, Mathieu, sebagai seorang ball-playing defender, setidaknya mampu nyetel dengan permainan Barcelona yang memang membangun serangan dari lini belakang.
Di lini tengah, Barcelona mendatangkan gelandang Ivan Rakitic dari Sevilla, dan sejauh ini, gelandang berambut pirang ini mampu menjadi pelapis sepadan bagi Xavi Hernandez yang kian menua. Rakitic, selain memiliki kualitas umpan yang mumpuni, meski belum sekualitas Xavi, memiliki atribut tambahan berupa work rate tinggi. Dengan hal ini, Rakitic seperti menambah tenaga bagi lini tengah Barcelona yang selama ini dikenal elegan.
Injeksi menarik dilakukan Barcelona untuk lini depan mereka. Selain transfer Luis Suarez yang menjadi headline, dipromosikannya Sandro dan Munir El-Haddadi dari tim junior mampu menambah kedalaman skuat di lini depan Barcelona. Sandro dan Munir memang sudah membuktikan bahwa mereka layak menjadi pemain inti di tim senior Barcelona, namun fokus El Clasico kali ini, suka tidak suka, tetap ada pada kesiapan Luis Suarez.
Johan Cruyff sudah menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk tidak menurunkan Suarez dari awal meskipun ia baru saja kembali dari hukuman empat bulan larangan bermain. Suarez memang dikabarkan sudah kembali ke kondisi terbaiknya setelah sempat dianggap kegemukan kala melakoni ‘debut’ bersama Barcelona B menghadapi timnas U-19 Indonesia.
Suarez memang penyerang dengan paket lengkap. Ia tajam, punya teknik tinggi, dan punya work rate istimewa. Dengan keberadaan Suarez di depan, Barcelona akan memiliki lebih banyak opsi dalam membangun serangan. Selain itu, work rate tinggi yang dimiliki penyerang Uruguay akan sedikit banyak membantu pertahanan Barcelona agar tidak mudah diserang. Lebih dari itu, ia adalah seorang big game player yang mampu mengubah hasil pertandingan lewat aksi-aksi individualnya.
Partai El Clasico akan menjadi ujian bagi Real Madrid secara keseluruhan. Apabila mereka mampu tampil baik, maka kebutuhan akan gelandang bertahan mumpuni belum akan menjadi urgensi untuk musim ini. Di sisi lain, partai ini akan menjadi ujian kredibilitas Luis Enrique sebagai seorang pelatih. Siapapun yang bisa beradaptasi dengan lebih cepat dengan berbagai perubahan yang ada di tim mereka, akan memiliki peluang lebih besar untuk memenangi pertandingan.
0 komentar:
Post a Comment