Pacar dan Motivasi
Tentu sudah sering kali kita mendengar atau bahkan mengalami yang namanya berpacaran, lantas benarkah berpacaran merupakan sebuah motivasi dalam kehidupan seorang pelajar????
Karena dengan berpacaran akan mampu meningkatkan keinginan untuk menyuguhkan yang terbaik buat sang kekasih, kata ini yang sering menjadi slogan para remaja yang tidak setuju, jika berpacaran berdampak buruk terhadap nilai ataupun kemajuannya dalam belajar.
Jika memang begitu kebenarannya tentang adanya pacar, lantas kurangkah keberadaan orang tua, kenapa tidak begitu kuatnya keinginan untuk menyuguhkan yang terbaik buat orang tua, orang yang paling berjasa dalam kehidupan kita semua, malah disuguhkan terhadap orang yang belum tentu menghargai kita yaitu sang kekasih. Ini yang kadang kurang dimengerti oleh sebagian kalangan remaja tentang berpacaran yang akan mampu menjadi sebuah motivasi terhadap kedupannya. Padahal sebenarnya antara berpacaran dengan motivasi tidak ada hubungannya sama sekali, berpacaran ya berpacaran sedangkan motivasi ya motivasi, keduanya tidak bisa digabungkan atau dikaitkan, berpacaran yang notabennya merupakan sebuah ritual untuk lebih saling mengenal dan biasanya juga merupakan sebuah tradisi untuk penyalur hasrat para remaja yang menggebu-gebu. Sedangkan motivasi merupakan sebuah stimulus ataupun pendorong dalam pencapaian sesuatu bahkan pencapaian sebuah cita serta impian.
Jelas terlihat keduanya tidak bisa dikaitkan atau dihubungkan. Lantas adakah dampak yang tergolong positif dalam kalangan remaja umumnya ataupun pelajar pada khususnya jika sudah demikian. Tentu pasti ada hal-hal positif yang dapat diambil dari prosesi pacaran, dan bahkan selalu ada hal-hal positif yang terdapat dari sesuatu apapun, Cuma kadang keberadaannya kurang kita ketahui, semua tergantung cara pandang kita terhadap suatu hal ataupun permasalahan yang ada. Ini juga bukan suatu proses penghakiman tentang ketidak benaran suatu hubungan dalam kehidupan remaja (pacaran) ataupun membenrakan. semua pasti sudah tahu jawabannya masing-masing, dan juga sudah punya alas an yang sama-sama rasional. Ini Cuma sebagai perbandingan antara motivasi dan pacaran, benarkah keduanya ada kaitannya. Seperti yang sudah terpaparkan diatas bahwa keduanya itu terpisah, dan tidak bisa dikaitkan.
Yang patut ditekankan dan digaris bawaih dalam hal ini yaitu cara kita dalam menyikapi keduanya yang sering kali dikaitkan. Memang tidak jarang yang mengatakan dengan adanya tuntutan dari sang kekasih mampu merubah diri kita menjadi lebih baik, ini memang sering terjadi dalam kehidupan remaja, dengan alasan ingin membuktikan besarnya rasa cinta yang dimiliki. Ini jelas tidak salah dan tidak pantas untuk disalahkan, tapi patut disayangkan jika perubahan hanya karena orang lain (pacar), jika tidak didasari atas i’tikad diri sendiri untuk berubah. Karena banyak juga yang sudah bersusah payah untuk berubah menjadi lebih baik, hanya karena ingin tampil lebih sempurna dimata sang kekasih dengan mengikuti semua keinginannya, kemudian setelah hubungan itu berakhir kembali lagi pada masa lalu yang bahkan mungkin lebih buruk lagi. Setelah itu terjadi, maka keberadaan Tuhanpun dipertanyakan bahkan disalahkan, jika sudah seperti itu, apakah masih pantas merubah diri menjadi lebih baik karena orang lain (pacar)???jika ujung-ujungnya hanya akan mengeluh dan menyalahkan Tuhan.
Sungguh ironis memang jika seperti itu masih dipertahankan bahkan diperjuangkan. Jelas ini semua tidak tepat jika dikatakan merupakan sebuah motivasi dalam kemajuan para pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa. Seperti yang sudah tertulis diatas, bahwa ini bukan merupakan proses penghakiman untuk menyalahkan adanya pacaran dalam realita remaja, hanya sebagai perbandingan atau lebih tepatnya ketidak setujuan tentang berpacaran yang dikaitkan dengan motivasi untuk meningkatkan belajar. Karena keduanya sangatlah berbeda konteks untuk disingkronkan. Karena jika kita berbicara sebuah motivasi tentu tidak akan pernah ada dampak yang negative dari itu semua, yang ada hanyalah semangat dan semangat untuk terus beruasaha dalam mewujudkan impian ataupun cita-cita. Dan sekali lagi berusahalah untuk berubah menjadi lebih baik dengan hati yang tulus, bukan karena mengharapkan sesuatu dari orang lain atau imbalan yang diberikan oleh orang lain (pacar), melainkan mengharapkan sebuah hasil yang lebih baik atas diri kita sendiri bukan pujian dari orang lain (kekasih). Karena itu tidak akan melahirkan apa-apa selain kecewa dan kecewa jika orang yang kita harapakan pujiannya tidak memberikannya pada perubahan kita. Al-hasil akan membuat kita kembali terpuruk dan kembali pada diri kita sebelumnya bahkan lebih buruk lagi.
Tentu ini bukan menyalahkan tentang keberadaan sang kekasih dalam kehidupan, tapi menyayangkan jika menghadirkan dalam sebuah motivasi untuk perubahan menjadi lebih baik. karena keberadaan sang kekasih bukanlah untuk sebagai motivasi, melainkan sebuah tempat kita kembali menuai semangat atas kegagalan yang menimpa kita untuk menjadi lebih baik, tempat kita mencurahkan cinta kasih kita dalam paduan mesra. Bukan untuk memotivasi diri kita. Lebih tepatnya untuk kembali merajut kegagalan menjadi sebuah semangat yang baru denngan kasih serta cinta yang ada. Hanya untuk melahirkan semangat yang mungkin luntur setelah kegagalan bukan untuk semangat atas kegagalan. Ya, mungkin tidak semua setuju dengan ini semua, terutama bagi yang mengatakan bahwa sang pacar (kekasih) merupakan sebuah motivasi atas kemajuannya. Ingatlah, itu bukan karena keberadaan sang kekasih, melainkan karena keberadaan cinta yang senantiasa masih ada dalam hati kita. Cinta pada kehidupan dan masa depan kita sendiri untuk sebuah kesuksesan. Karena sang kekasih hanyalah tempat kedua untuk kita kembali setelah Tuhan dalam menuai kasih serta do’a setelah kegagalan.
Dan motivasi itu ada dalam diri serta hati kita saat memupuk sebuah semangat untuk tetap ada disetiap usaha menuju perubahan menjadi lebih baik. jadilah diri kita sendiri yang lebih baik dan untuk diri kita sendiri juga, bukan karena orang lain, meskipun perubahan yang kita alami tidak menutup kemungkinan menciptakan sebuah manfaat bagi kehidupan orang lain. karena jika kekasih yang masih menuntut kita untuk menjadi lebih baik, berarti dia belum bisa mencintai dengan kebesaran hatinya untuk menerima apa adanya, melainkan memaksakan sesuatu yang ada pada diri orang lain untuk ada juga dalam diri kita, ya benar untuk menjadi orang lain. bukan cinta yang tulus jika itu masih ada dalam sebuah hubungan (pacaran) khususnya, karena ketulusan akansenantiasa menerima tentang apa yang ada, entah itu baik ataupun buruk, yang ada hanya kesempurnaan untuk dapat terlihat oleh kita atas apa yang ada pada diri sang kekasih.
0 komentar:
Post a Comment